Minggu, 27 Februari 2011

SILASE

PENGAWETAN HIJAUAN PAKAN
(KONSERVASI HIJAUAN)

Pendahuluan
Produksi ternak ruminansia tidak dapat terlepas dari produksi dan kualitas hijauan pakan yang dikonsumsinya. Umumnya menyediakan produksi hijauan yang berkualitas dan kontinyu sulit dikerjakan lebih-lebih di Indonesia, hal ini disebabkan :
  • Lahan subur di Indonesia diprioritaskan untuk tanaman pangan, sehingga tanaman pakan ternak di budidayakan di lahan marginal (kurang subur & kurang air). Bahkan sebagian peternak tidak mempunyai lahan sumber hijauan pakan, sehingga setiap hari peternak mencari rumput pada lahan yang di berbeda-beda dan bahkan jenis dan jumlahnya sangat beragam dari hari ke hari.
  • Indonesia beriklim tropis yang mempunyai dua musim : hujan dan kemarau. Pada saat hujan mungkin jumlah hijauan melimpah atau waktu yang digunakan untuk merumput menjadi singkat, sedangkan pada musim kemarau produksi hijauan sangat rendah atau waktu yang digunakan merumput menjadi lama, hal ini sebagai akibat dari hijauan pakan ditanam di lahan marginal. Dengan demikian terjadi fluktuasi produksi hijauan antara kedua musim tersebut, pada musim hujan hijauan pakan berlebih dan pada musim kemarau hijauan kurang.
Kesulitan hijauan pakan pada musim kemarau umumnya membawah dampak yang kurang menguntungkan bagi peternak, karena produksi ternak menjadi rendah dan bahkan dapat berlanjut pada kematian ternak. Rendahnya produksi akan berakibat pada rendahnya harga jual ternak dan menurunnya pendapatan peternak dan bahkan mampu mengakibatkan kerugian. Untuk mengantisipasi situasi yang kurang menguntungkan tersebut maka diperlukan suatu teknolgi pengawetan yang tepat, khusunya mengawetkan hijauan saat berlebih pada musim hujan untuk digunakan saat musim kemarau.
Teknologi pengawetan hijauan tersebut dapat dilakukan pada hijauan masih dalam kondisi segar (basah) ataupun kering. Hijauan yang diawetkan dalam kondisi segar tersebut disebut dengan SILASE sedangkan yang dalam bentuk kering disebut dengan HAY. Selain itu ada juga yang disebut HAILASE yaitu kombinasi antara Hay dan Silase.

SILASE
Silase atau Silage adalah Hijauan yang diawetkan dalam kondisi segar yang masih mengandung air 65 sampai 70 % dalam kondisi asam, tanpa ada oksigen pada Suatu tempat yang disebut dengan Silo.
Proses selama pembuatan silase tersebut disebut dengan ensilase (ensilage). Proses ini cukup rumit karena melibatkan aktifitas mikroorganisme dan selama proses ini banyak terjadi perubahan fisik, kimia akibat aktifitas fisiologi hijauan yang disimpan maupun mikroorganisme di dalam silo.
Melihat definisi dari silase tersebut, maka terdapat kata kunci yaitu : SEGAR, ASAM, AN-AEROB (tanpa oksigen) dan SILO.

Tujuan
Tujuan dari pembuatan silase adalah untuk mengawetkan hijauan pakan ternak.
Melihat tujuan tersebut maka perlu diingat bahwa apapun bentuk teknologi pengawetan pasti mempunyai konsekuensi kerusakan dari zat makanan selama proses pengawetan, oleh karena itu upaya yang perlu dilakukan adalah bagaimana agar tingkat kerusakan dapat diminimalkan. Selanjutnya untuk menutupi kekurangan nutrisi atau bahkan untuk meningkatkan nilai nutrisi dari hasil pengawetan tersebut umumnya dilakukan penambahan bahan-bahan lain yang disebut dengan additive.

Manfaat
Manfaat dari pembuatan silase cukup banyak seperti :
Sebagai upaya pemanfaatan kelebihan produksi hijauan pakan ternak untuk diberikan saat terjadi kekurangan.
  • Kelebihan produksi hijauan harus diselamatkan, artinya kalau hijauan tersebut dibiarkan tumbuh di lahan, nantinya akan menjadi tua dan kualitasnya menurun dan bahkan produksi komulatif hijauan per satuan luas dan waktu juga menjadi turun. Dengan demikian hijauan harus dipanen sesuai jadwalnya. Kelebihan panen tidak bisa dibiarkan begitu saja karena nantinya akan menjadi busuk, oleh karena itu agar bisa dimanfaatkan untuk persediaan pakan dapat dilakukan pengawetan dalam bentuk silase.
  • Sebagai upaya pemanfaatan limbah pertanian sumber serat untuk pakan ternak. Banyak limbah pertanian sumber serat yang mempunyai kualitas baik untuk ternak, seperti tebon jagung, pucuk tebu dan daun ketela. Pada saat panen tentunya jumlah limbah pertanian ini melimpah, bila digunakan untuk ternak pasti melebihi kebutuhan ternak karena umumnya areal panen cukup luas. Umumnya saat panen banyak limbah pertanian yang terbuang, oleh karena itu agar limbah tersebut dapat dimanfaatkan dan terdistribusi harian dengan baik, maka dapat diawetkan dalam bentuk silase.
  • Memberikan rasa aman bagi peternak karena kontinyuitas pakan lebih terjamin. Pada peternakan ruminansia skala besar, tentunya rasa aman memdapatkan prioritas utama. Salah satu rasa aman tersebut terkait dengan persediaan pakan yang cukup untuk jangka waktu tertentu.

Kelebihan dan Kekurangan Silase
Pengawetan hijauan pakan dalam bentuk silase ini tentunya selain mempunyai kelebihan dan juga mempunyai kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan dari silase tersebut adalah sebagai berikut :

Kelebihan Silase
  • Diawetkan dalam kondisi basah, hal ini sangat ideal karena saat kelebihan hijauan umumnya terjadi musim hujan, dimana proses pengeringan sulit dilakukan bila mengandalkan energy dari sinar matahari.
  • Lebih disukai ternak dibandingankan pengawetan dengan cara kering.

Kekurangan Silase
  • Sifatnya asam, sehingga ukuran partikel hijauan harus kasar agar bisa dikunyah ternak dan proses ruminasi dapat berjalan normal. Adanya aktifitas pengunyahan dan ruminasi akan menjamin produksi saliva tetap banyak sehingga tetap mampu mempertahankan kondisi rumen netral.
  • Memerlukan peralatan pemotong hijauan, silo dan additive yang dapat meningkatkan biaya pakan.

Prinsip Pembuatan Silase
  • Hijauan pakan ternak tetap dapat awet di dalam silo dalam kondisi asam (pH <>
  • Asam yang diharapkan adalah ASAM LAKTAT. Asam yang ideal untuk pengawetan adalah Asam Laktat, hal ini selain asam tersebut dapat digunakan sebagai gizi ternak ruminansia, asam tersebut mampu membuat pH silo <>
  • Bakteri asam laktat dapat berkembang bila cukup air dan karbohidrat dalam kondisi an-aerob. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan bakteri asam laktat tidak perlu menggunakan starter seperti di daerah temperate, tetapi cukup menyediakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan bakteri tersebut, sepeti kondisi harus an-aerob, cukup lembab (kandungan air sekitar 65 – 70%) serta terdapat karbohidrat mudah terfermentasi sebagai makanan utamanya.

Tugas bagi mahasiswa :
Bagaimana menurut anda dan jelaskan : Apakah teknologi silase ini mampu membantu untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia di Indonesia. (kumpulkan via email ke hermanto9@yahoo.com paling lambat tanggal 15 Maret 2012).